Sabtu, 23 April 2011

PKS dan JUMAWA

Follow gieantara31 on Twitter

Penulis : Gie Antara

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada awal berdirinya merupakan partai yang simpatik dan santun. Meskipun agak sedikit tertutup, namun tak jarang partai ini mampu menjadi solusi didalam masalah-masalah kemasyarakatan, yang dirasakan manfaatnya, baik oleh muslim maupun non muslim. Kesantunan para pimpinanya pun menuai banyak simpati dari masyarakat. Inilah yang menyebabkan suara PKS selalu meningkat pada setiap pemilu.

Partai yang mengklaim sebagai partai dakwah inipun selalu menjadi garda terdepan dalam menangani segala musibah yang terjadi pada bangsa ini. Didalam parlemen pun PKS menunjukkan sikap dewasa dalam berpolitik dengan mencoba konsisten terhadap pilihannya bergabung bersama koalisi di bawah pemerintahan SBY.

Tapi itu dulu….

Pada pemilu 2009 suara PKS melonjak drastis sehingga menjadikan PKS sebagai salah satu partai yang patut diperhitungkan di parlemen. Muka-muka baru pun bermunculan di gedung dewan. PKS sekali lagi mengambil keputusan untuk tetap mendukung SBY dan bergabung dalam anggota koalisi yang dinamakan SETGAB. Beberapa kader PKS pun diangkat menjadi menteri sebagai bentuk kesepakatan kerjasama dengan pemerintah.

Namun sepertinya itu semua membuat PKS menjadi jumawa. Di parlemen, PKS kerap kali mengambil keputusan bertolak belakang dengan partai pendukung pemerintah lainnya. Padahal orang awam pun mengerti betul bahwa sejatinya koalisi adalah menyatukan kesepahaman terhadap penguasa sepanjang itu tidak melanggar undang-undang. PKS mencoba untuk tidak konsisten terhadap pilihannya bergabung dalam koalisi dengan memahami koalisi dari sudut pandang subjektif.

Jatah menteri sudah didapat, namun kebijakan selalu berseberangan inilah yang membuat rakyat menganggap PKS adalah partai yang munafik. Kenapa tidak sebaiknya PKS memilih untuk menjadi oposisi saja? Atau tidak di koalisi dan tidak menjadi oposisi, yaitu poros tengah. Sekali waktu dapat mendukung kebijakan pemerintah yang sekiranya baik untuk PKS, dan sekali waktu dapat menolak keputusan pemerintah yang dirasa tidak baik untuk PKS. Lebih terhormat bukan? Yang pasti tidak ada unsur kemunafikan disitu.

Politisi PKS tak lagi mengedepankan dakwah dalam berargumentasi. Kini satu sama lain saling serang dengan nada bicara tinggi bahkan tak berbobot. Kita bisa lihat bagaimana seorang Fahri Hamzah jika bicara di media selalu disertai sindiran-sindiran sinis. Tak ada pesan-pesan yang membawa kesejukan layaknya seorang yang sedang membawa misi yang baik untuk bangsa ini.

Untuk hal-hal yang lain seperti “bersih” dan “etika” tak ingin saya bahas, karena tulisan ini dibuat bukan untuk menngesankan sesuatu yang buruk pada PKS. Ini hanya teguran dari seorang simpatisan yang makin kecewa dengan perilaku anggota dewan dari PKS saat ini.

Dulu PKS sering berbicara ditingkat bawah dengan segala kepeduliannya, tapi sekarang sering bicara dan bahkan terlalu banyak bicara ditingkat atas tanpa tujuan yang jelas dan membingungkan.

Haruskah semakin besar semakin jumawa?


Artikel yang berkaitan



0 komentar:

Posting Komentar