Kamis, 17 Maret 2011

KISAH PAK USTAD DAN WARNET

Suatu sore saya mengunjungi sebuah WARNET yang tidak jauh dari rumah saya, selang berapa lama duduk sambil menikmati hidangan pengetahuan yang disajikan oleh sebuah komputer tiba-tiba saya dikejutkan oleh suara seorang bapak tua yang cukup keras " Anto ! (bukan nama sebenarnya), pulang! (sambil menampar pipi kiri anak tersebut), ga ada untungnya kamu main di WARNET ! ", lalu kemudian bapak itu menarik anaknya keluar dari WARNET tersebut dengan kasar, saya pikir hanya sampai disitu saja tapi ternyata sang bapak masuk lagi sambil menghardik teman-teman anaknya dengan tuduhan telah mengajak anaknya untuk bermain di WARNET, sampai pada akhirnya sang bapak keluar dengan segudang kebencian terhadap WARNET. Jelas saja kejadian tersebut menjadi pergunjingan para penghuni WARNET ketika itu, oh rupanya bapak itu adalah seorang Ustad yang sering berceramah di Masjid ketika Sholat Jumat ( saya tidak mengenalnya karena ketika sholat jumat saya selalu duduk di barisan paling belakang sehingga muka sang penceramah tidak terlihat, hhmmm... ).

terdengar selentingan pula bahwa pak Ustad ini pernah menghimbau kepada pengurus RT setempat untuk menutup WARNET tersebut dengan alasan anaknya jadi tidak tahu waktu klo sudah ke WARNET.

Akhirnya kenyamanan saya dalam mengakses info di WARNET ini menjadi sedikit terganggu dengan kejadian tersebut, bukankah sebaiknya pak Ustad itu introspeksi terlebih dahulu apa yang kurang dalam ceramahnya terhadap anaknya sendiri, adakah sesuatu yang kurang dalam nasihatnya sehingga sang anak belum juga sepenuhnya mengikuti perintahnya, bukankah tamparannya yang didepan umum itu adalah bentuk keputus-asaan atas usaha pendidikan etika yang tak kunjung membuahkan hasil, dan bukankah kesabaran itu merupakan sebuah idealisme didalam islam yang harus dipertahankan dalam kondisi apapun.

Saya hanya bisa diam, membayangkan apa jadinya jika WARNET ini ditutup, bagaimana nasib anak yang punya WARNET ini, karena ini adalah usaha satu-satunya untuk menafkahkan buah hatinya, dan itu artinya Sang ustad sedang berusaha mencoba memutuskan rezeki yang sebenarnya tak perlu si pemilik warnet ini bersusah payah lagi mencarinya, dan berapa banyak orang akan mencari WARNET yang lebih jauh jaraknya jika WARNET ini ditutup.

WARNET tetaplah WARNET, yang fungsinya dikembalikan kepada si pengguna, yang positif akan berfikir positif, sementara yang negatif akan berpikir negatif. semua itu tergantung bekal yang kita bawa dari rumah, semua itu tergantung seberapa kuat pesan pesan moral yang ada dipikiran kita.

jadi, untuk kita semua, jangan pernah kegagalan kita dalam suatu hal kemudian menjadikan kita menyalahkan orang lain...


PENULIS: GIE ANTARA

Artikel yang berkaitan



0 komentar:

Posting Komentar