Senin, 28 Maret 2011

PAHLAWAN YANG TAK DIANGGAP

Penulis : Gie Antara

Lagi-lagi saya harus mengatakan bahwa tak ada teman abadi, dan tak ada musuh abadi didalam dunia politik, tulisan saya ini hanyalah gambaran ingatan saya pada peristiwa 27 juli 1996, sebuah tragedi kemanusiaan yang kemudian menjadi preseden buruk bagi bangsa Indonesia.
Kala itu, Megawati Soekarno Putri sebagai simbol perlawanan rakyat atas ketidak adilan dan arogansi kekuasaan orde baru, bersama partai yang dipimpinya PDI ( hasil MUNAS 1993 Surabaya ), Megawati berjuang keras agar partainya mendapatkan legitimasi dari pemerintah yang dipimpin oleh Soeharto, kita tahu bahwa ketika itu Soeharto hanya mengakui PDI yang dipimpin oleh Soerjadi ( Kongres 1996 Medan ).
Inilah sumber masalah yang berujung kepada terciptanya peristiwa 27 juli 1996, yang mengakibatkan puluhan nyawa terkapar, ratusan orang hilang seketika, dan 124 orang harus masuk penjara. Tapi semua itu tak membuat para pengurus dan simpatisan PDI dibawah pimpinan Megawati ciut dan lemah, perjuangan tetap berlanjut untuk terus menyuarakan ketidak adilan dan kesewenang-wenangan pemerintah orde baru hingga pada akhirnya bersatu dengan mahasiswa, berhasil menggulingkan Soeharto pada tahun 1998.
Setelah Soeharto Langser, PDI mengganti nama menjadi PDI Perjuangan agar bisa mengikuti pemilu 1999 dan sukses meraih suara terbanyak pada pemilu tersebut, namun karena ketika itu masih menganut system keterwakilan parlemen dalam pemilihan presiden , Megawati kalah bersaing dengan Gusdur untuk menjadi presiden.
Waktu berjalan, kini PDI Perjuangan tak lagi seheroik dulu, tak ada lagi pesan-pesan perjuangan yang lantang, paling tidak untuk membesarkan suara partai yang sekarang semakin turun peminatnya.
Lantas dimana sekarang orang-orang yang dulu berjuang mati-matian bersama Megawati dalam menentang orde baru dan mampu menjadikan PDI sebagai partai terbesar di Indonesia?? Dimana para pengurus PDI Perjuangan yang dulu selalu mengingatkan kepada simpatisannya agar tetap menyanyikan mars PDI dimanapun berada, saya masih ingat sebuah nyanyian ini “ mega pasti menang, pasti menang, pasti menang… “ dan saya masih ingat betul, suatu waktu di rumah Megawati pada saat penyambutan para tahanan peristiwa 27 juli, dan kami menyebutnya pejuang 27 juli, ribuan orang yang berada ditempat itu menangis haru, begitu juga saya, ini karena pesan-pesan perjuangan begitu mengena di hati saya.
dimana pak Roy BB Janis yang selalu mengintruksikan agar tetap waspada terhadap rencana penyerbuan militer di kantor DPP PDI, dimana suara lantang seorang Abdul madjid yang selalu berkobar saat orasi, dimana Noviantika Nasution yang selalu meneteskan air matanya ketika Megawati orasi, dimana kwik kian gie? Dimana Laksamana Sukardi?dimana Didik Supriyanto?dimana Haryanto Taslam? Dimana orang-orang yang dulu tanpa pamrih berjuang untuk Megawat???
Kini di parlemen, PDI Perjuangan hanya berisi orang-orang petualang yang belum teruji perjuangannya, dan saya yakin inilah yang menyebabkan Alm. Sophan Sophian ketika itu mengundurkan diri dari ketua fraksi PDI P di DPR.
Dan yang tak habis dalam pikiran saya adalah begitu cepat Megawati mampu melupakan ini semua.


Artikel yang berkaitan



0 komentar:

Posting Komentar